Balada Indra : Kita dan Bintang
Oleh : Sri Sundari “Belum berangkat, A?” ibuku bertanya dari luar kamar. Mengaduk-aduk adonan tepung. Aku tidak menjawab, lalu bangun menghampirinya. “Libur dulu, Bu. Bikin mendoan?” Ibuku ngeloyor ke dapur. Aku menyusulnya, paling suka dengan mendoan buatan ibu. Rasanya selalu pas di mulut meskipun beliau bukan orang Jawa. “Sini, Aa yang goreng!” “Libur kenapa sih? Sakit?” ibuku menyerakan baskom isi adonan tepung, lalu meraba keningku dengan punggung tangannya. “Nggak, Aa lagi pengen libur aja. Capek.” Kunyalakan kompor yang di atasnya sudah tersedian wajan berisi minyak. “Kalau nggak capek namanya bukan kerja, ngaso.” Ibuku menaruh beberapa irisan tempe ke dalam adonan, aku langsung menggorengnya. Minyak nyerocos ketika bersentuhan dengan tepung basah, mirip suara yang keluar dari mulut Ceu Meti, tetangga sebelah rumah ketika mengomel pada suaminya. ...
Ambu itu idenya selalu moncer!👍
ReplyDeleteTapi gitu, ya... Knp kaum perempuan (sebagian) sulit katakan tidak? Sebagian, ya... Oknum... Oknum😝
Begitulah, seluk beluk perempuan, rumit kalau dijabarin mah
Delete